PENGERTIAN TEOLOGI BIBLIKA
Sebuah Pengantar Teologia Biblika (Kutipan pembahasan Thesis)
Seringkali kita mengatakan ini alkitabiah, ini tidak alkitabiah. Alkitabiah secara awam seringkali dipahami yang penting ada kutipan ayatnya. Ya, minimal sudah ada ayat yang bisa dikutip. Padahal belum tentu sebuah ayat dipahami secara alkitabiah. Bahkan seringkali ada pemaksaan pemahaman dari luar alkitab yang dipaksakan pada pengertian Alkitab.
Berikut adalah kutipan dari Tesis yang sedang saya kerjakan pada Bab III yakni pengertian tentang hal alkitabiah atau dikenal dalam rumpun pembahasan teologi biblika.
Pengertian & Signifikansi Teologi Biblika
Carson menyatakan kerumitan dalam mendefinisikan Teologi Biblika dikarenakan banyaknya sarjana Alkitab yang menggunakan pengertian ini dalam pemahaman yang berbeda-beda.[1] Childs mengemukan hal yang sama terkait kondisinya yang ambigu.[2] Kerumitan ini beralasan melihat luasnya bidang-bidang teologi dan pengertian-pengertiannya yang saling beririsan antara yang satu dengan yang lain.
Namun demikian Carson memberikan penjelasan yang cukup baik bahwa Teologi Biblika adalah pendekatan teologi dari sudut pandang sejarah progresif sang Tuhan yang menyatakan DiriNya melalui isi Kitab Suci Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru yang keseluruhannya menuju pemenuhan kepada diri Yesus Kristus.[3] Dari penjelasan ini bisa dicermati bahwa pendekatan Teologi Biblika berpusat pada isi atau teks-teks yang ada di dalam Kitab Suci termasuk bagaimana memahami alur kesejarahan di dalamnya.
Pada permulaannya gerakan Teologi Biblika adalah sebuah reaksi terhadap perkembangan Liberalisme yang dianggap tidak mencerminkan sikap kristiani dalam mempelajari Kitab Suci.[4] Melaluinya diperkenalkan studi eksegesis yang menjadi bagian penting seperti yang dijelaskan oleh Enns sebagai berikut:
Exegesis lies at the foundation of biblical theology. Exegesis calls for an analysis of the biblical text according to the literal-grammatical-historical methodology.[5]
Namun John Thornbury memperluas pendekatan tersebut dengan mengatakan, “There are two ways to approach the study of biblical truth: exegetically and theologically.”[6] Jadi intinya Teologi Biblika adalah penggalian pesan teologis yang bersumber pada Kitab Suci secara runtut dalam konteks kesejarahannya.
Seiring dengan pengertian ini Enns menyatakan bahwa Teologi Biblika adalah sebuah usaha untuk menyelidiki sejarah yang tertulis di dalam kitab suci di mana Tuhan telah menyatakan Diri-Nya kepada bangsa Israel hingga para penulis kitab Perjanjian Baru yang menekankan pentingnya ruang doktrinal dari sudut pandang para penulis yang berbeda-beda, namun kemudian seluruh perbedaan itu disusun secara sistematis.[7] Jika sebelumnya disebutkan tentang kondisi yang ambigu kemungkinan pada pengertian inilah terjadi keambiguan tersebut, bahwa pada akhirnya sebuah teologi yang dibangun melalui pendekatan Teologi Biblikapun akan menjadi sebuah teologi yang tersistem atau sistematik teologi.
Meskipun pendekatan eksegesis sebagai media dalam Teologi Biblika kemungkinan membatasi cara berteologi yakni lebih berpusat pada penggalian teks Kitab Suci sebagai langkah awal dan utama, namun Enns menyatakan justru dengan cara berteologi yang sedemikian dapat membangun doktrin atau pengajaran yang tidak terpisah atau abai pada konteks historis yang ada dalam teks-teks Kitab Suci.[8] Sekali lagi dinyatakan bahwa Teologi Biblika adalah hal yang sangat penting.
[1] D.A Carson, Systematic Theology and Biblical Theology.” In New Dictionary of Biblical Theology. Ed.T. Desmond Alexander and Brian S. Rosner, (Downers Grove: Intervarsity, 2000), 89.
[2] Brevard S. Child, Biblical Theology a Proposal, (Minneapolis: Fortress, 2002), 1.
[3] Carson, 89.
[4] Paul Enns, The Moody Handbook of Theology, Chicago: Moody, 1989), 19.
[5] Ibid, 21.
[6] John Thornbury, System of Bible Doctrine, (New York: Evangelical, 2003), 13.
[7] Ibid, 19-21.
[8] Ibid, 24.