GOD IS LOVE
Dalam pembahasan ayat I Yohanes 4:8 ini ada satu pernyataan penting di akhir ayat sebagai berikut,
“Barangsiapa tidak mengasihi, ia tidak mengenal Allah, sebab Allah adalah kasih.”[1] Frasa Allah adalah kasih atau dalam bahasa aslinya Theos agapē estin di mana kata estin menjelaskan eksistensi keberadaan.[2] Smalley menjelaskan Theos agapē estin bukan hanya tindakan Tuhan untuk mengasihi, melainkan Tuhan sendiri adalah kasih.[3] Jadi dengan memandang Tuhan adalah kasih maka mengasihi bukanlah salah satu dari tindakan Tuhan, melainkan apapun yang dilakukannya adalah mengasihi atau kasih itu sendiri.[4] Hal ini memberikan perbedaan yang sangat mendasar antara kondisi keberadaan (being) atau tindakan (becoming).
Dalam konteks filosofis being menjelaskan sebuah kondisi yang tidak berubah atau tetap, sebaliknya pada becoming adalah sebuah proses atau tindakan yang dilakukan secara terus menerus untuk menuju yang ideal.[5] Sehingga dalam kaitan dengan ayat ini Tuhan adalah kasih adalah dalam pemahaman eksistensi yang sudah ideal dan tidak lagi berproses.
Pesan dalam ayat I Yohanes 4:8 yang menyatakan eksistensi Allah adalah kasih menjadi landasan penting dalam menilai seluruh tindakan Tuhan dalam sejarah seperti yang tercatat dalam Kitab Suci, bahwa pada dasarnya seluruh yang dilakukan oleh Tuhan adalah berdasarkan pada eksistensi diriNya yang adalah kasih itu sendiri.
Memahami kasih dalam konteks pembahasan HAM tentu saja sangat penting. Sebab inilah perintah yang paling utama seperti disampaikan oleh Tuhan Yesus sendiri. Paulus juga menjelaskan pentingnya kasih dalam banyak permasalahan yang terjadi di jemaat. Ia mengutamakan perintah kasih untuk menyelesaikan masalah-masalah yang terjadi dalam jemaat seperti yang terjadi pada jemaat di Korintus.
Yang paling penting adalah bahwa dasar dari yang paling dasar dari keyakinan dalam ajaran kekristenan adalah eksistensi Tuhan sendiri yang adalah kasih. Sehingga tidak salah jika kemudian dalam kekristenan, sangat menekankan pentingnya hubungan dengan Tuhan sebab melalui hubungan melalui Tuhan Yesus Kristus itulah kemudian dikenali makna kasih yang sebenarnya, dan mengenal apa yang ada di dalam “jantung hati” Tuhan.
[1] Alkitab, I Yohanes 4:8, LAI.
[2] Strong Concordance, 1510.
[3] Stephen S. Smalley, 51 Word Biblical Commentary 1,2,3 John, (Waco: Word Books, 1984), 239.
[4] Ibid, 239.
[5] Christopher Macann, Being and Becoming; Internet; https://philosophynow.org/ issues/61/ Being_and_Becoming; Diakses 5 April 2016.